Industri asuransi baik umum ataupun jiwa, mencatat prestasi mengesankan di tahun lalu, dengan total aset mencapai Rp 236,66 triliun.
Jumlah tersebut meningkat hingga 30,7% dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 181,81 triliun.
Namun ditengah pertumbuhan tersebut, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nurhaida menilai, industri asuransi masih perlu berbenah. Terlebih dengan tantangan global yang menjadikan pelaku dituntut bersaing ketat, tidak hanya dengan asuransi lokal, tapi pelaku asing atau joint venture.
"Dengan persaingan ketat, ini menjadi tantangan dan perlu luruskan visi bersama," ucapnya di Hotel Four Season, Rabu (6/7/2011) malam.
Nurhaida mengingatkan setidaknya lima tantangan baru yang harus menjadi pekerjaan rumah industri asuransi. Pertama adalah masalah permodalan.
"Kta perlu pahami bersama ini penting. Dengan modal yang kuat maka apapun bisa dilaksanakan. Harus ada pemenuhan kebutuhan minimal modal. Yang masih dibawah Rp 50 miliar atau Rp 100 miliar," tutur Nurhaida.
Kedua adalah masalah sumber daya manusia. "Salah satu keberhasilan asuransi bukan hanya sistem informasi. Tapi juga sumber daya manusia. Jika perlu terspesialisasi," katanya.
Ketiga, masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat. "Kejadian rendahnya penetrasi, bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang masih belum memadai. Umumnya produk asuransi kenal pada pendidikan yang memadai. Untuk itu edukasi ke semua lini penting. Mereka harus sadar, dalam hidup penting menginvestasikan asuransi di masa depan," ujarnya.
Keempat, minimnya produk asuransi untuk masyarakat bawah. "Produk asuransi masih didominasi oleh masyarakat atas (golongan mampu). Yang ada di pasaran, tingkat premi dan pertanggungan masih tinggi. Sehingga penduduk tengah dan bawah, yang jumlahnya relatif banyak belum bisa disentuh. Padahal seluruh masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama dalam asuransi, untuk mengelola risiko mereka. Ini tantangan untuk semua, regulator atau pelaku industri," tutur Nurhaida.
Kelima, asuransi masih berpusat di kota-kota besar. "Ini inline dengan poin empat. Karena kota-kota besar masih dihuni masyarakat sedang-atas. Sedangkan masyarakat bawah memang cenderung di daerah. Kita harap semua teratasi, dan dapat diikuti seluruh lapisan masyakat," imbuhnya.
Jumlah tersebut meningkat hingga 30,7% dibanding periode sebelumnya yang sebesar Rp 181,81 triliun.
Namun ditengah pertumbuhan tersebut, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nurhaida menilai, industri asuransi masih perlu berbenah. Terlebih dengan tantangan global yang menjadikan pelaku dituntut bersaing ketat, tidak hanya dengan asuransi lokal, tapi pelaku asing atau joint venture.
"Dengan persaingan ketat, ini menjadi tantangan dan perlu luruskan visi bersama," ucapnya di Hotel Four Season, Rabu (6/7/2011) malam.
Nurhaida mengingatkan setidaknya lima tantangan baru yang harus menjadi pekerjaan rumah industri asuransi. Pertama adalah masalah permodalan.
"Kta perlu pahami bersama ini penting. Dengan modal yang kuat maka apapun bisa dilaksanakan. Harus ada pemenuhan kebutuhan minimal modal. Yang masih dibawah Rp 50 miliar atau Rp 100 miliar," tutur Nurhaida.
Kedua adalah masalah sumber daya manusia. "Salah satu keberhasilan asuransi bukan hanya sistem informasi. Tapi juga sumber daya manusia. Jika perlu terspesialisasi," katanya.
Ketiga, masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat. "Kejadian rendahnya penetrasi, bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang masih belum memadai. Umumnya produk asuransi kenal pada pendidikan yang memadai. Untuk itu edukasi ke semua lini penting. Mereka harus sadar, dalam hidup penting menginvestasikan asuransi di masa depan," ujarnya.
Keempat, minimnya produk asuransi untuk masyarakat bawah. "Produk asuransi masih didominasi oleh masyarakat atas (golongan mampu). Yang ada di pasaran, tingkat premi dan pertanggungan masih tinggi. Sehingga penduduk tengah dan bawah, yang jumlahnya relatif banyak belum bisa disentuh. Padahal seluruh masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama dalam asuransi, untuk mengelola risiko mereka. Ini tantangan untuk semua, regulator atau pelaku industri," tutur Nurhaida.
Kelima, asuransi masih berpusat di kota-kota besar. "Ini inline dengan poin empat. Karena kota-kota besar masih dihuni masyarakat sedang-atas. Sedangkan masyarakat bawah memang cenderung di daerah. Kita harap semua teratasi, dan dapat diikuti seluruh lapisan masyakat," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar